Hari ini di berbagai sosial media bertebaran artikel maupun pendapat pribadi tentang hari santri. Ada beberapa santri yang sangat bangga dengan kesantriannya, pun ada pula yang tersipu malu karena merasa kurang mencerminkan diri sebagai seorang santri. Terlepas dari itu semua, dikukuhkannya hari santri oleh Presiden Joko Widodo 5 tahun silam sangat layak untuk diapresiasi dan dielu-elukan. Namun jika kita lebih teliti ada beberapa hal yang dirasa kurang tepat dalam memaknai hari santri, yakni kata santri agaknya dikotak-kotakkan dalam satu komunitas saja. Padahal menilik sejarahnya ternyata kata santri dalam peringatan Hari Santri bukan hanya tentang orang yang sedang atau pernah mondok di Pesantren. Akan tetapi santri adalah setiap orang Islam yang memiliki jiwa patriotisme dan nasionalisme. Mengapa? Mari kita ulas kembali sejarah ditetapkannya hari santri pada tanggal 22 Oktober 2015.
Landasan dipilihnya tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional ternyata sangat amat erat hubungannya dengan sejarah resolusi jihad yang digaungkan oleh ulama besar kita yakni al-maghfur lah KH Hasyim Asy'ari di hadapan para konsulat Nahdhatul Ulama seluruh Jawa-Madura pada tanggal 22 Oktober 1945. Bertempat di kantor Hoofdbestuur Nahdlatoeul Oelama di jalan Boeboetan VI/2 Soerabadja. Berikut deklarasi Beliau yang sungguh menggetarkan setiap jiwa yang mendengarnya:
"... Berperang menolak dan melawan
pendjadjah itoe fardloe 'ain (jang haroes dikerdjakan oleh tiap-tiap orang
islam, laki-laki, perempoean, anak-anak, bersendjata atoe tidak) bagi jang
berada dalam djarak lingkaran 94 kilometer dari tempat masuk dan kedoedoekan
moesoeh. Bagi orang-orang jang berada di loear djarak lingkaran tadi,
kewadjiban itoe djadi fardloe kifayah (jang tjoekoep kaloe dikerdjakan sebagian sadja... )
Jika Beliau tidak mengatakan hal yang
menggetarkan ini maka tidak akan ada peristiwa besar pada tanggal 10 November
1945 yang diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional. Sangat luar biasa sekali bukan? Karena
dari sanalah umat Islam di Jawa Timur dapat bersatu dan meneguhkan niat melawan
penjajah Belanda pada agresi militer kedua. Bila kita mengamati kembali kalimat
Beliau maka kita akan tersadar bahwa peringatan Hari Santri bukan merujuk pada
komunitas tertentu.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama Komarudin Amin mengatakan perjuangan para mahasantri seperti KH Hasyim
Asy'ariAsy'ari (Nahdlatul Ulama), KH Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), dan Raden
Hadji Oemar Said Tjokroaminoto dalam menciptakan organisasi Islam sangat
berperan penting dalam perjalanan bangsa.
" Mereka merupakan tokoh yang memiliki
komitmen Islam dan komitmen kebangsaan yang luar biasa. Hal inilah yang
sepatutnya kita kenang. Kalau definisi santri dapat dinisbahkan kepada
mereka, maka santri adalah mereka yang
memiliki komitmen keislaman dan keindonesiaan, mereka yang hidupnya diinspirasi
dan diselimuti nilai-nilai Islam di satu sisi dan semangat serta kesadaran
penuh tentang kebangsaan Indonesia yang majemuk di sisi lainnya. "*
Jadi siapakah sebenarnya santri itu? Sudah
tahu jawabannya bukan?
Salam santri, salam damai untuk negeri. Santri Sehat Indonesia kuat!
Oleh: Farikhatul Auliya
Post a Comment